Senin, 21 Desember 2015
INFERTILITAS
A. PENGERTIAN
INFERTILITAS
Infertilitas atau
ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun.
Infertilitas
didefinisikan sebagai hilangnya kemampuan untuk hamil dan melahirkan seorang
anak. Keadaan ini tidak sama dengan sterilitas, yang merupakan ketidakmampuan
absolute dan irreversible untuk hamil. Secara klinis, suatu pasangan diduga
mengalami infertilitas jika tidak terjadi kehamilan setelah koitus yang sering
dan tidak menggunakan kontrasepsi selama 12 bulan.
Secara medis infertilitas di bagi atas 2 yaitu :
1. Infertilitas
primer berarti
pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas
sekunder berarti
pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak
2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Sebanyak 60%-70% pasangan yang telah menikah akan memiliki
anak pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak pada
tahun ke-2 dari usia pernikahan. Sebanyak 10-20% sisanya akan memiliki anak
pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak akan pernah memiliki anak
(Djuwantono,2008).
Walaupun pasangan suami-istri
dianggap infertile, bukan tidak mungkin kondisi infertile sesungguhnya hanya
dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal tersebut dapat dipahami karena
proses pembuahan yang berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru
merupakan kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua factor yang harus dipenuhi adalah : (1) suami memiliki sistem dan
fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel
kelami n pria (spermatozoa) ke dalam
organ reproduksi istri dan (2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang
sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang
dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat menjadi tempat
perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan.
Apabila salah satu dari dua factor yang telah disebutkan tersebut tidak
dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki
anak.
Berdasarkan hal yang telah
disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pasangan suami-istri dianggap
infertile apabila memenuhi syarat-syarat berikut (Djuwantono,2008) :
1. Pasangan tersebut berkeinginan untuk
memiliki anak
2. Selama 1 tahun atau lebih
berhubungan seks, istri belum mendapatkan kehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3
kali dalam setiap minggunya
4. Istri maupun suami tidak pernah
menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan, dan alat lain
yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
Hal-hal yang paling penting dalam berhasil atau tidaknya
pengobatan infertilitas antara lain (Permadi,2008) :
1. Ketepatan diagnosis penyebab
infertilitas
2. Kondisi penyakit yang menjadi
penyebab infertilitas
3. Usia pasien
4. Ketepatan metode pengobatan
5. Kepatuhan pasien dalam berobat
B.
FAKTOR
PENYEBAB INFERTILITAS
Infertilitas terjadi karena banyak faktor yang dapat
diakibatkan oleh suami atau istri atau mungkin juga pada keduanya. Pada wanita,
40-50% akibat penyakit saluran telur dan anovulasi, sedangkan pada pria
sebanyak 30-50% karena kelainan factor sperma.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain :
1. Umur
Kemampuan reproduksi
wanita menurun drastis setelah umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel
telur yang makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem reproduksi
wanita berjalan optimal sehingga wanita berkemampuan untuk hamil. Fase ini
dimulai setelah fase pubertas sampai sebelum fase menopause.
Fase pubertas wanita adalah fase di saat wanita mulai dapat
bereproduksi, yang ditandai dengan haid untuk pertama kalinya (disebut
menarche) dan munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan timbunan lemak di pinggul.
Fase pubertas wanita terjadi pada umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause
adalah fase di saat haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55
tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur.
Semenjak wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita mengalami
menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel telur. Jadi, wanita dapat
mengalami menstruasi sampai sekitar 400 kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel
telur menipis dan mulai terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang dihasilkan pun
menurun sehingga tingkat keguguran meningkat. Sampai pada akhirnya kira-kira
umur 45 tahun sel telur habis sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak
dapat hamil lagi. Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3.
2. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan
klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari 50% pasangan dengan masalah infertilitas
datang terlambat. Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis pengobatan yang sesuai
dengan pasangan tersebut.
3. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon
kortisol yang mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi. Bagi
beberapa wanita, stres kronis dapat memengaruhi ovulasi (mengubah sinyal ke
hipotalamus, pusat otak yang mengatur beberapa hormon yang memicu ovarium untuk
melepaskan sel telur setiap bulan). Wanita yang berada di bawah tekanan tanpa henti
mungkin ovulasinya kurang teratur, sehingga sulit untuk menentukan kapan masa
paling subur. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres juga dapat
mempengaruhi produksi sperma pada pria.
4. Lingkungan
Paparan terhadap racun
seperti lem, bahan pelarut organik yang mudah menguap, silikon, pestisida,
obat-obatan (misalnya : obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein,
dan alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi.
5. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas
ditinjau dari segi hubungan seksual meliputi : frekuensi, posisi, dan
melakukannya tidak pada masa subur.
6. Frekuensi
Hubungan intim
(disebut koitus) atau onani (disebut masturbasi) yang dilakukan setiap hari
akan mengurangi jumlah dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah
2-3 kali seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma dalam jumlah
cukup dan matang.
7. Posisi
Infertilitas
dipengaruhi oleh hubungan seksual yang berkualitas, yaitu dilakukan dengan
frekuensi 2-3 kali seminggu, terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi
adalah masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan, yang
nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran telur wanita.
Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh karena itu gangguan ereksi
(disebut impotensi) dapat menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal
dilakukan dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai tambahan,
di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat tertampung. Dianjurkan,
setelah wanita menerima sperma, wanita berbaring selama 10 menit sampai 1 jam
bertujuan memberi waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu
sel telur.
8. Masa Subur
Marak di tengah
masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat berhubungan seksual wanita harus
orgasme. Pernyataan itu keliru, karena kehamilan terjadi bila sel telur dan
sperma bertemu. Hal yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak
dilepaskan karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Peristiwa itu
disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu sperma di saluran telur (tuba
falopi) selama kurang-lebih 48 jam. Masa tersebut disebut masa subur.
9. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan terbanyak
pada organ reproduksi wanita penyebab infertilitas adalah
endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan kelainan lainnya yang lebih jarang
kejadiannya adalah mioma uteri, polip, kista, dan saluran telur tersumbat
(bisa satu atau dua yang tersumbat)
Gangguan pada wanita :
·
Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat
penyampaian adalah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat
karena bawaan atau perolehan.
·
Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi
mengakibatkan fertilitas adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang
berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip serviks, stenosis akibat
trauma, peradangan dan sineksia.
·
Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang
dapat terjadi di uterus adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma
atau polip, peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus.
10. Kondisi Reproduksi Pria
Sperma berasal dari
kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk
sperma mirip kecebong. Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma
berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut semen. Proses
pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga
dengan cairan ejakulat. Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan
bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas
sperma dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam kehamilan. Gangguan
yang terjadi pada pria :
·
Gangguan
di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada
bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH. Kedua
hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron,
akibatnya produksi sperma dapat terganggu. Terapi yang bisa dilakukan adalah
dengan terapi hormon.
·
Gangguan
didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila
terkena trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama
pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi
terganggu.
·
Gangguan
di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma
sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena
salurannya buntu.
C. PENYAKIT PENYEBAB INFERTILITAS
1. Endometriosis
Endometriosis adalah
jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim
(lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa
terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga
adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau
bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang
sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta
tentu saja infertilitas.
2. Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah
suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita bagian atas, meliputi
radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau dinding dalam panggul.
Gejala umum infeksi panggul adalah : nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat berkemih, demam,
dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi panggul memburuk
akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul,
dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
3. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah
tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada di rahim. Tergantung
dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau
lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas
adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan endometrium). Mioma
uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat wanita dalam usia reproduksi
sehingga saat menopause mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
4. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh
kontraksi rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan
pertemuan sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal
janin akan susah tumbuh.
5. Saluran Telur yang Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi
kehamilan. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang
tersumbat adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam
pemeriksaan röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.
6. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas
yang umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur
(ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom
ovarium polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan
haid. Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah
haid 80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.
D. EVALUASI DAN PENGOBATAN INFERTILITAS
Evaluasi pasangan
infertile diarahkan untuk mengidentifikasi penyebab infertilitas. Riwayat yang
diteliti dapat membantu mengarahkan evaluasi, tetapi penting memeriksa hitung
sperma, ada tidaknya ovulasi, dan potensi dari tuba falopi sebelum memulai
sembarangan pengobatan.
Pada awalnya
evaluasi meliputi penilaian pada si pria melalui analisis semen dan pemeriksaan
siklus menstruasi pada si wanita. Pada beberapa pasangan, diperlukan
pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan ini meliputi penilaian anatomis rongga
uterus, evaluasi kandungan ovarium dengan mengukur kadar FSH dan estradiol
serum pada awal fase folikular siklus dan jika diindikasikan, laparoskopi atau
histeroskopi.
Berikut beberapa cara dalam pengobatan infertilitas :
1. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki
gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens atau merusak
jaringan testis.
2. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan
tuba yang tersumbat. Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan parut yang dapat
meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya memerlukan pembedahan untuk
mengatasinya.
3. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi
endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamilan sendiri,
pengobatan hormonal, atau pembedahan konservatif.
4. Tindakan pembedahan/operasi
Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan
operasi berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel) tersebut.
Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan keberhasilan tindakan pada 66 %
penderita berupa peningkatan jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan
hanya 10 % pada kelompok yang tidak dioperasi.
5. Memberikan suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan
masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita. Penanggulangannya berupa
pemberian beberapa macam obat yang dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah
dan kualitas sperma. Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan keberhasilan
manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan di masa datang.
6. Tindakan operasi pada penyumbatan di
saluran sperma
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop
dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga dipastikan ada
atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
7. Menghentikan obat-obatan yang diduga
menyebabkan gangguan sperma
Beberapa obat-obatan
tertentu, seperti obat untuk mengatasi infeksi, tukak, dan tekanan darah tinggi
dapat mempengaruhi jumlah produksi sperma serta mengurangi gairah seksual pada
pria.
8. Menjalani teknik reproduksi bantuan
Bantuan reproduksi dilakukan untuk menyelesaikan
masalah-masalah sperma. Sperma dapat dicuci, dikonsentrat, dan diletakkan
langsung pada rongga uterus dengan inseminasi buatan. Dalam hal ini adalah
inseminasi intra uterin dan program bayi tabung. Tindakan inseminasi dilakukan
apabila ada masalah jumlah sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah
antobodi di mulut rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari
normal 20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
E.
PENCEGAHAN
INFERTILITAS
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah :
1. Mengobati infeksi di organ, ada berbagai jenis infeksi diketahui
menyebabkan infertilitas seperti infeksi prostat, testis / buah zakar,
maupun saluran sperma.
2. Menghindari rokok karena rokok
mengandung zat-zat yang dapat meracuni pertumbuhan, jumlah dan kualitas dan
kuantitas sperma.
Alkohol dalam jumlah banyak
dihubungkan dengan rendahnya kadar hormon testosteron yang tentu akan
mengganggu pertumbuhan sperma. Ganja /mariyuana juga dikenal sebagai salah satu
penyebab gangguan pertumbuhan sperma.
4. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma,
seperti obat darah tinggi.Referensi :
Permadi, 2008. Mengatasi Infertilitas. Bandung : PT Grafindo
Syarifudin. Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Heffner, Linda, J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar