Sabtu, 19 Desember 2015

Asuhan Keperawatan Morbili



A.  Konsep Dasar Medis
1.     Definisi
Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak. Campak memiliki gejala klinis khas 3 stadium (1) stadium masa tunas berlangsung kira kira 10-12 hari, (2) stadium prodromal (kataral) dengan gejala pilek dan batuk yang meningkat dan ditemukan enantem pada mukosa pipi (bercak koplik), faring dan peradangan mukosa konjungtiva (3) stadium akhir dengan keluarnya ruam mulai dari belakang telinga menyebar ke muka, badan, lengan, dan kaki.
2.     Etiologi
Virus campak termasuk golongan paramyxovirus, penyebabnya ialah virus morbili yang penularannya dengan droplet dan kontak, penularan secara droplet melalui udara-udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam dan sedikit virus sudah dapat menimbulkan infeksi. Virus campak tidak memiliki daya tahan tinggi dan berada di secret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperature kamar, 15 minggu didalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperature 35̊C, dan beberapa hari pada suhu 0̊C. Virus tidak aktif pada pH rendah.
3.     Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan beberapa cara,antara lain :
1)      Percikan ludah yang mengandung virus
2)      Kontak langsung dengan penderita
3)      Penggunaan peralatan makan & minum bersama.
4)      Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada.
5)      Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir dari ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah :
1)      Bayi berumur lebih dari 1 tahun
2)      Bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
3)      Daya tahan tubuh yang lemah
4)      Belum pernah terkena campak
5)      Belum pernah mendapat vaksinasi campak
6)      Remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.



4.     Patofisiologi









5.     Manifestasi Klinis
Stadium penyakit campak :
1)      Stadium kataral (prodormal)
§  Stadium berlangsung 4-5 hari
§  Panas
§  Malaise
§  Batuk
§  Fotofobia
§  Konjungtivis
§  Koriza
§  Akhir stadium (24 jam) timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, dikelilingi oleh eritema
§  Lokasi di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah
§  Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia
2)      Stadium erupsi
§  Koriza dan batuk-batuk bertambah
§  Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole
§  Muncul eritema berbentuk macula-papula disertai naiknya suhu badan
§  Eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah
§  Rasa gatal
§  Muka bengkak
§  Pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan didaerah leher belakang
§  Diare
§  Muntah
§  Black measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus

3)      Stadium konvalensi
§  Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri
§  Kulit bersisi
§  Suhu turun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi

6.     Masalah Yang Lazim Muncul

1)      Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d adanya batuk
2)      Kerusakan integritas kulit b.d adanya rash
3)      Resiko ketidakseimbangan elektrolit
4)      Gangguan citra tubuh
5)      Ketidakefektifan termoregulasi tubuh
6)      Gangguan rasa nyaman
7)      Diare

7.     Discharge Planning
1)      Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
2)      Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama
3)      Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder
4)      Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan karena dapat menyebabkan penyebaran virus ke kornea yang mengakibatkan kebutaan
5)      Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes
6)      Banyak minum air putih
7)      Makan makanan yang banyak mengandung nutrisi supaya dapat membuat daya tahan tubuh meningkat
8)      Berikan imunisasi campak aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih


8.     Pencegahan Infeksi Silang
Campak merupakan penyakit yang sangat menular dan upaya untuh mencegah perluasan infeksi adalah dengan cara sekitar empat hari sebelum muncul ruan sampai empat hari setelahnya, maka penderita campak sebaiknya tidak kembali ke kegiatan di mana mereka berinteraksi dengan orang lain. Hal ini untuk melindungi teman ataupun keluarga agar tidak tertular campak terutama bagi mereka yang belum di imunisasi campak. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
Vaksinasi atau imunisasi campak termasuk program imunisasi wajib, diberikan kepada bayi di atas enam bulan. Di indonesia imunisasi campak umumnya diberikan pada usia 9 bulan. Dengan imunisasi campak ini diharapkan dapat mencegah anak agar tidak terkena penyakit campak, atau setidaknya dapat mengurangi risiko komplikasi (campak yang berat) jika ternyata tetap terkena penyakit campak.

A.   Konsep dasar Asuhan Keperawatan
1.     Pengkajian
a.      Observasi umum :
·         Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan.
·         Inspeksi penampilan umum anak.
Perhatikan :
1)      Bernapas anak : sesak, batuk, coryza.
2)      Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia.
3)      Suhu tubuh anak.
4)      Pola tidur anak.
5)      Pola eliminasi.
6)      Pemeriksaan Fisik :
·         Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia.
·         Kepala : sakit kepala.
·         Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stadium erupsi ).
·         Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
·         Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam).
·         Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum.
·         Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
·         Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare.
·         Keadaan Umum : Kesadaran, TTV.


b.      Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan
1)      Riwayat ibu hamil yang menderita morbili.
2)      Riwayat imunisasi.
3)      Riwayat kontak dengan penderita morbili.
4)      Riwayat pengobatan/upaya pengobatan.
5)      Makan makanan kurang gizi.
6)      Kurangnya hygiene personal dan lingkungan.

c.       Pola Nutrisi Metabolik
1)      Apakah terjadi penurunan berat badan.
2)      Apakah ada alergi makanan.
3)      Apakah anoreksia.
4)      Mual, muntah.
5)      Kaji makanan kesukaan untuk memodifikasi diet.

d.      Pola Eliminasi
1)      Diare
2)      BAK : volume, berapa kali sehari, kepekatan urin.

e.       Pola Aktivitas dan Latihan
1)      Kelemahan, letih, lesu
2)      Kebutuhan harian.

f.       Pola Tidur dan Istirahat
1)      Jumlah jam tidur
2)      Pemakaian obat tidur
3)      Lingkungan nyaman/tidak
4)      Kebiasaan sebelum tidur.

g.      Pola Persepsi dan Kognitif
1)      Apakah anak rewel/cengeng/cemas
2)      Penerimaan anak terhadap tindakan perawatan/medis
3)      Konjungtivitis
4)      Nyeri edema
5)      Kejang
6)      Gatal

h.      Pola Peran dan Hubungan Sosial
1)      Hubungan dengan orangtua dan saudara
2)      Peran anak dalam keluarga
3)      Kecemasan orangtua.

2.     Diagnosa Keperawatan
a.       Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme viruler
b.      Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya batuk
c.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash
d.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang  tidak adekuat
e.       Intoleransi aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dini kelompok sebaya
f.       Gangguan suhu tubuh (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan proses infeksi
g.      Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun
h.      Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun.
i.        Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit dan komplikasinya

3.     Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA I : Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme viruler

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Menempatkan anak pada rauang khusus
2.      Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak
3.      Pertahankan istirahat selama periode pedromal
4.      Berikan antibiotik sesuai order
1.      Menghindari resiko penyebaran infeksi
2.      Menghindari resiko penyebaran infeksi
3.      Mengurangi dan menghindari penyebaran infeksi
4.       Mengurangi resiko penyebaran infeksi

DIAGNOSA II : Tidak efektifnya bersihan jalan napas berhubungan dengan adanya batuk

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji status pernapasan (irama, kedalaman, suara napas, penggunaan otot bantu pernapasan, bernapas melalui mulut).
2.      Kaji TTV
3.      Berikan posisi semi fowler / fowler
4.      Bantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya.
5.      Anjurkan anak untuk banyak minum
6.      Berikan O2 sesuai indikasi
7.      Berikan obat-obatan yang dapat meningkatkan efektifnya jalan napas.

1.      Mempengaruhi status kesehatan umum
2.      Mengetahui status kesehatan umum
3.      Memudahkan klien untuk bernapas
4.      Membantu klien beraktivitas
5.      Mengurangi batuk
6.      Memudahkan pernapasan
7.      Mengurangi batuk sehingga memudahkan pernapasan.

DIAGNOSA III : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan rash

INTERVENSI
RASIONAL
1.       Pertahankan kuku anak tetap pendek, jelaskan anak untuk tidak menggaruk rash
2.       Berikan obat antihistamin sesuai order dan monitor efek sampingnya.
3.       Berikan obat antihistamin sesuai order
4.       Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang lembut
5.       Bersihkan bulumata dengan air hangat.
1.     Menghindari kerusakan integritas kulit
2.     Mengurangi rasa gatal
3.     Mencegah alergi
4.     Mencegah infeksi dan iritasi
5.     Mengangkat sekret/krusta

DIAGNOSA IV : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang  tidak adekuat

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Kaji ketidak mampuan anak untuk makan
2.      Berikan makanan disertai suplemen nutrisi
3.      Kolaborasi pemberian nutrisi parentral jika kebutuhan nutrisi melalui oral tidak mencukupi kebutuhan giji anak.
4.      Nilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (BB, lingkar lengan, membran mukosa)
5.      Anjurkan orangtua untuk memberikan makanan porsi kecil tapi sering
6.      Sajikan makanan yang menarik dan pertahankan kebersihan mulut anak.
1.      Mengkaji kemampuan makan anak
2.      Meningkatkan kualitas intake nutrisi
3.      Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
4.      Mengetahui tumbuh-kembang anak
5.      Mencegah mual muntah
6.      Meningkatkan nafsu makan

DIAGNOSA V : Intoleransi aktivitas diversional berhubungan dengan isolasi dini kelompok sebaya

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Berikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
2.           Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
1.      Supaya anak tidak lelah dan tidak terjadi komplikasi lebih berat
2.      Supaya anak tidak merasa bosan berada di rumah sakit

DIAGNOSA VI : Gangguan suhu tubuh (peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan proses infeksi

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Observasi TTV
2.      Berikan kompres hangat
3.      Kolaborasi pemberian antibiotik dan anti piretik
4.      Berikan obat sedative jika perlu
1.      Mengetahui keadaan umum anak
2.      Menurunkan suhu tubuh
3.      Menurunkan suhu tubuh
4.      Mencegah terjadinya kejang

DIAGNOSA VII : Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun

INTERVENSI
                            RASIONAL
1.      Berikan bedak salisil 1 % jika anak gatal
2.      Memandikan anak dengan air hangat jika suhu badan anak sudah turun
1.      Mengurangi rasa gatal
2.      Mengurangi rasa gatal

DIAGNOSA VIII : Resiko terjadi komplikasi berhubungan dengan daya tahan tubuh yang menurun

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Sikap baring anak beberapa kali sehari
2.      Berikan bantal untuk meninggikan kepalanya
3.      Jangan membaringkan anak didepan jendela atau membawa keruangan selama masih demam
1.      Mencegah timbul iritasi
2.      Untuk mencegah sesak dan memudahkan pernapasan
3.      Menghindari anak terkena angin kerena batuk akan lebih parah

DIAGNOSA XI : Kurang pengetahuan orang tua mengenai penyakit berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit dan komplikasinya

INTERVENSI
RASIONAL
1.      Berikan Pen-Kes tentang imunisasi campak
2.       Berikan penyuluhan tentang pentingnya gizi yang baik bagi anak
1.      Mencegah terjadinya penyakit campak
2.      Agar anak tidak mudah mendapat infeksi atau timbulnya komplikasi yang berat




Referensi :
Nurarif, Amin Huda. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda (North American Nursing Diagnosis Association) Nic-Noc, Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional. Yogyakarta : MediaAction





B.   TINJAUAN KASUS

1.    Pengkajian
                   I.            DENTITAS DATA
Nama                                 : An.T                     
Tempat/Tgl Lahir  : Medan, 18 Februari 2010     
Umur                                 : 5 Tahun        
Nama Ayah                       : Tn.B
Nama Ibu                          : Ny.A
Pekerjaan Ayah                 : Pengacara
Pekerjaan Ibu                    : Ibu Rumah Tangga
Alamat                              : JL.Pondok Kelapa No.26 Medan
Agama                               : Katolik
Suku/Bangsa                     : Batak
Pendidkan Ayah               : Sarjana Hukum
Pendidikan Ibu                 : DIII computer

                II.            KELUHAN UTAMA
Pada tanggal 20 Maret 2014 dilakukan pengkajian dengan keluhan utama gatal dan timbul binti-bintik merah (rash) pada bagian hampir seluruh tubuh
             III.            RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1.      Prenatal : Ibu mengatakan pada saat hamil mengalami mual, muntah dan badan terasa lemas
2.      Intranatal : Ibu mengatakan pada saat melahirkan pendarahan masih dalam batas normal
3.      Postnatal : Ibu mengatakan BB baru lahir 3.4 kg dan TB 50 cm, lingkar kepala  35 cm, lingkar lengan atas  12 cm, lingkar dada 31 cm.
             IV.            RIWAYAT MASA LALU
1.      Penyakit waktu kecil : Demam, Flu, Batuk
2.      Pernah di Rawat di RS : Tidak pernah dirawat di  RS
3.      Obat-Obatan Yang di gunakan : Bodrexin,Paracetamol
4.      Tindakan Operasi : Tidak pernah operasi
5.      Alergi : Tidak ada alergi
6.      Kecelakaan : Tidak mengalami kecelakaan
7.      Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap

                V.            RIWAYAT SOSIAL
1.      Yang mengasuh : Kedua orang tua dan pengasuhnya
2.      Hubungan dengan anggota keluarga : baik, banyak keluarga yang mengunjungi saat anak itu sakit
3.      Hubungan dengan teman sebaya : kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
4.      Pembawaan secara umum : Anak sangat aktif
5.      Lingkungan rumah : Daerah sekitar rumah bersih

             VI.            KEBUTUHAN DASAR
a.       Makanan yang di sukai
Selera : Ayam goreng, mie goreng, sop ayam
Alat makan yang dipakai : Menggunakan sendok dan piring
Pola makanan : Pola makan belum teratur
b.      Kebiasaan sebelum tidur
Tidur siang : Setiap hari tidur siang, tetapi belum teratur
Mandi : 2x sehari
Eliminasi : Teratur 1x sehari

          VII.            KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
1.      Diagnosa Medis : Morbili
2.      Tindakan Operasi : Tidak ada tindakan operasi
3.      Status  Nutrisi : Nafsu makan anak menurun, hanya menghabiskan 4 sendok bubur setiap kali makan
4.      Status Cairan : Cairan infus Ring as 10 tts/ menit
5.      Obat-Obatan : sanmol 10 ml 3x/hari via oral

       VIII.            PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Compos Mentis
TB/BB : 80cm
BB : 16 kg
Mata (simetris KA/KI),konjungtivitis,fotofobia
Sekresi : Dalam batas normal
Purulen : Tidak terdapat purulen
Strabismus: Tidak ada strabismus
Joundice : Tidak ada jaundice
Gerakan Bola Mata : Tidak ada kelainan pada gerakan bola mata
Hidung                                                                             
Bentuk : Simetris
Cuping Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut,Gusi,Gigi
Bentuk Mulut  : Tidak ada kelainan, Mukosa bibir kering
Saliva : mulut terasa pahit
Palatum : Tampak kering
Lidah : Tampak kering, kotor,merah bagian belakang
Telinga
Bentuk : Simetris kanan dan kiri
Cairan : Masih di batas normal
Tengkuk : Normal (Tidak ada kelainan)
Dada : Normal (Tidak ada kelainan)
Jantung : Dalam batas normal
Genetalia : Tidak ada kelainan pada genetalia
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Kulit : Banyak bintik merah pada kulit (rash)      

             IX.            PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
1.      Kemandirian dan pergaulan : Anak bergantung pada orang tuannya
2.      Motorik Halus : menggambar dan memegang pensil (Tidak ada kelainan)
3.      Motorik Kasar : Mulai berlari,main lompat lompatan (Tidak ada kelainan)

B.     Analisa data

No
Tanggal
Symtom
Etiologi
Problem
1
Jumat,
21-03-2014
DS :  pasien mengungkapkan rasa ketidaknyamanan terhadap bintik yang timbul pada kulit tubuhnya.
DO :  Banyak terdapat rash pada tubuh dan terasa gatal.
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C,
TD 100/60 mmHg.
Kulit menonjol sekitar sebasea dan folikel rambut



 

Kulit eritema membentuk macula papula di kulit normal



 

Rash pada balik telinga, leher, pipi, muka, seluruh tubuh dan terasa gatal
Gangguan integritas kulit
2
Jumat,
21-03-2014
DS : pasien mengatakan pahit pada saat makan dan kurang nafsu makan
DO :
BB anak 15 Kg,
Porsi makan 4 sendok makan (bubur)
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg


Saluran cerna


Terdapat bercak koplik warna kelabu pada mukosa bukalis, molar, palatum durum, mole



 

Mulut pahit timbul anoreksia







Gangguan kebutuhan nutrisi
3
Jumat,
20-03-2014
DS : pasien mengeluh panas pada seluruh tubuhnya
DO :
Hipertermi
Akral terasa hangat
Nadi 80 x per menit,
Pernafasan 18 x per menit,
Suhu tubuh 390 C.
TD 100/60 mmHg
Droplet infection



 

Produksi eksudat berlebih



 

Reaksi inflamasi : hiperemi , RR naik
Gangguan rasa nyaman


C.    Prioritas masalah
1.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash (erupsi kulit )
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
3.      Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus.





D.    Intervensi dan Rasional

No
Tanggal
Diagnosa
Perencanaan
Tujuan
Intervensi
Rasional
1
Jumat ,
20-032014
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam bintik-bintik merah pada kulit akan hilang.

Kriteria hasil :
·         Pasien tidak merasakan gatal dan nyaman dengan keadaannya
·         Rash pada kulit berkurang


Pertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash

Berikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal

Mandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih



Kolaborasi:
Pemberian antihistamin
Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk



Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit pasien
ü
Untuk mencegah infeksi Untuk mencegah terjadinya luka pada saat anak menggaruk

Agar tidak merasakan gatal dan sakit pada kulit

2
Jumat,
20-03-2014
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Setelah dilakukan askep 2x 24 jam diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan dengan.

Kriteria Hasil :
·      BB meningkat
·      Nafsu makan meningkat.
(dapat menghabiskan 1 porsi untuk anak)
·     Berikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).




Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis.

·    Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
Untuk mengkompensasi adanya peningkatan suhu tubuh dan merangsang nafsu makan

Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan bernutrisi.

Untuk memudahkan mencerna makanan dan meningkatkan asupan makanan.











3
Jumat,
20-03-2014
Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus
Setelah dilakukan askep selama 2 x 24 jam diharapkan suhu badan pasien berkurang
Kriteria hasil :
· Suhu tubuh 36,5 – 37,50 C
· Nadi normal
· Badan  tidak terasa panas
· Akral Normal
Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh

Berikan kompres  hangat.

Pantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi.

Monitor perubahan suhu tubuh
Agar keluarga lebih kooperatif dalam terapi



untuk membantu dalam penurunan suhu tubuh pada pasien.
suhu ruangan / jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan


untuk mengetahui dan merencanakan intervensi selanjutnya


E.     Implementasi dan Evaluasi


No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
1.       1
Jumat, 20 maret 2014
08.0    Ib
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
-Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rasa

-Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal

-Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih

-Memberikan antihistamin
S : Pasien mengatakan rasa gatalnya masih ada
O : ditandai dengan jarangnya pasien menggaruk kulit
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2.       2
Jumat, 20 maret 2014
11.30 wib
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
-Memberikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
-Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).

-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
S : Pasien mengatakan merasakan pahit pada mulutnya sewaktu makan
O : ditandai dengan  kurang nafsu makan pada anak
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
3.    3
Jumat, 20 maret 2014
09.00 wib
Gangguan rasa nyaman : peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi / infeksi virus
-Melibatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu tubuh

-Memberikan kompres  hangat.

-Memantau suhu lingkungan, batasi / tambahkan linen tempat tidur sesuai indikasi

-Monitor perubahan suhu tubuh
S : pasien mengatakan badannya sudah tidak panas lagi
O : ditandai dengan pengukuran suhu tubuh normal 370 C
A :  Masalah teratasi
P  :  Intervensi dihentikan


F.     Catatan Perkembangan


No
Tanggal
Diagnosa
Implementasi
Evaluasi
1.       1
sabtu,21 maret 2014
08.00 wib
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash
 -Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash

-Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal

-Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih

-Memberikan antihistamin
S : Pasien mengatakan berkurang rasa gatalnya
O : ditandai dengan jarangnya pasien menggaruk kulit
A : Masalah teratasi  sebagian
P  :  Intervensi dilanjutkan
2.       2
Sabtu,21 maret 2014
11.30 wib
Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia


-Memberikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

-Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).

-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
S :  S : Pasien mengatakan sudah merasakan tidak pahit pada mulutnya sewaktu makan
O : O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan pada anak
A :  A: Masalah teratasi sebagian
P  :  Intervensi dilanjutkan


1



















2
Minggu 21 maret 2014

08.00 wib
















Minggu 21 maret 2014

12.00 wib
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash












Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
-Mempertahankan kuku anak tetap pendek, menjelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk rash

-Memberikan obat antipruritus topikal, dan anestesi topikal

-Memandikan klien dengan menggunakan sabun yang tidak perih

Memberikan antihistamin


-Memberikan banyak minum (sari buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).

-Memberikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
-Memberikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.


S : Pasien mengatakan berkurang rasa gatalnya
O : ditandai dengan jarangnya      
pasien menggaruk kulit
A : Masalah teratasi  sebagian
P :  Intervensi dilanjutkan











S : pasien mengatakan sudah merasakan tidak pahit pada mulutnya sewaktu makan
O : ditandai dengan meningkatnya nafsu makan pada anak
A : Masalah teratasi sebagian
P :  Intervensi dilanjutkan           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar